Manfaatkan Bambu Bekas, Ciptakan Berbagai Landmark Jember
Kerajinan yang terbuat dari bambu ini memanfaatkan bambu bekas di lingkungan sekitar. Namun, Ari Nuriyanto menjadikannya sebagai barang yang memiliki nilai seni cukup tinggi. Misal dijadikan sebagai patung JFC, daun tembakau, atau ikon Jember lainnya.
Beberapa kerajinan berupa miniatur kecil dipajang di rumah kos Ari Nuriyanto. Mulai dari kapal, ikon JFC, daun tembakau, mobil hingga kerapan sapi. Miniatur tersebut dibuat dengan alat yang sederhana, seperti pisau dan gergaji dan lainnya.
Di Jalan Suparman Gang VIII, Ari membuat kerajinan miniatur dari bambu di tempat yang terbatas. Sebab, belum memiliki lokasi yang memadai hanya memanfaatkan pelataran rumah kos yang sempit. Namun semangat untuk berkreasi tak pudar.
Pria yang akrab disapa Ari tersebut membuat kerajinan miniatur saat anaknya meminta mainan perahu kecil. Tak ambil pusing, daya kreatifnya muncul untuk membuat sendiri dari bambu. Ketika selesai, mainan itu cukup menarik.
Bahkan, saat tetangga lain melihat mainan tersebut, juga tertarik untuk dibuatkan. Akhirnya Ari membuat lagi untuk dijual kepada orang lain. “Awalnya dari sana saya memulai membuat kerajinan miniatur ini,” terangnya.
Dia tak menyangka jika permintaan sang anak itu akan menjadi pekerjaan yang menghasilkan uang. Sebab, ada beberapa permintaan lain untuk dibuatkan miniatur mainan. Tak ingin melewatkan kesempatan begitu saja, Ari membuat kerajinan dengan jumlah yang cukup banyak.
Kemudian, membawanya ke Alun-alun Jember saat car free day. Ternyata ketertarikan pengunjung acara itu cukup tinggi. Banyak yang bertanya, lalu membeli untuk dibuat pajangan di rumah. “Waktu itu terjual beberapa unit, harganya beragam, ada yang Rp 50 ribu” ucapnya.
Dari situlah, pria kelahiran Surabaya tersebut mulai mengembangkan kerajinan miniatur yang terbuat dari bambu. Yakni sekitar Mei 2017 lalu. Inspirasi itu terus berkembang sat dia menjajakan barangnya ke beberapa tempat, seperti kafe, penginapan dan lainnya.
Ari jalan kaki untuk memperlihatkan karyanya, seperti miniatur kerapan sapi, kapal, bakul jamu, sepeda onthel gerobak bakso dan lainnya. Pelan tapi pasti, muncul ketertarikan orang-orang untuk memiliki kerajinan itu. “Awalnya saya ragu apa kerajinan ini bisa diterima,” ucapnya.
Respons masyarakat yang cukup tinggi membuat Ari memutuskan menekuni kerajinan tersebut. Dalam sehari, dia bisa membuat sepuluh kerajinan. Satu miniatur dengan tingkat kesulitan yang ringan bisa dikerjakan selama dua jam.
Caranya memotong bambu sesuai keinginan kerajinan yang dibuat. Kemudian dirangkai menggunakan lem hingga melekat. Setelah itu memberikan warna sesuai dengan kebutuhan. Lalu dijemur hingga kering.
Ari mengaku membuat kerajinan itu belajar secara otodidak. Beberapa tahun sebelumnya sudah pernah bergelut dengan kegiatan itu. Namun berhenti karena bekerja sebagai sales salah satu produk. Sekarang, dirinya kembali berwiraswasta dan memilih berhenti menjadi karyawan.
Dirinya ingin menciptakan miniatur yang bisa menjadi ikon Jember. Seperti miniatur yang banyak bertebaran di Jogjakarta. Sehingga ketika ada tamu yang datang ke Jember, mereka bisa memiliki oleh-oleh khas Jember. “Saya juga coba tawarkan ke outlet oleh-oleh khas Jember,” akunya.
Saat pelaksanaan Jember Fashion Carnaval (JFC), Ari memamerkan karya pada event tersebut. Lagi-lagi masyarakat banyak yang tertarik dan membelinya. Apalagi dibanderol dengan harga yang terjangkau, yakni dari Rp 30 ribu hingga Rp 350 ribu.
Baginya, kerajinan miniatur dari bambu itu memiliki keunggulan yang unik dan antik. Sebab, memunculkan kesan natural dari pohon bambu. “Saya tidak memperhalusnya agar tampak dari kerajinan bambu,” ucapnya.
Dari kerajinan itu, Ari mampu menghasilkan uang karena sudah banyak yang pesan, terutama di wilayah Jember sendiri. Sedangkan permintaan dari luar kota masih bisa dihitung dengan jari. “Karena masih baru memulai, banyak yang belum tahu,” pungkasnya.
(jr/gus/hdi/das/JPR)
Sumber: www.radarjember.com
Post a Comment