KEPALA DINAS KESEHATAN JEMBER DR SITI NURUL QOMARIYAH
JEMBER UPDATE - Balita dengan kondisi kekurangan gizi kronik, dengan ciri-ciri panjang badan atau tinggi badan dibawah standar usia anak dan secara fisik lebih pendek dibandingkan Balita seumurannya atau disebut Bayi Stunting di Kabupaten Jember jumlahnya menurun dibandingkan tahun sebelumnya.
"Pada tahun 2017 prevalensi stunting di Kabupaten Jember 17.73 persen atau 29.020 balita, sedangkan untuk tahun 2018 ini prevalensi stunting 10.83 persen atau 17.344 balita,'' kata Kepala Dinkes Pemkab Jember, dr Siti Nurul Qomariah kepada sejumlah awak media, Jumat (31/8/2018) siang.
Jadi menurut Nurul, jumlah balita stunting di Kabupaten Jember menurun dibandingkan pada tahun sebelumnya. Menurunnya balita stunting ini berkat kerja keras yang dilakukan semua pihak, baik dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkab Jember maupun masyarakat yang sadar akan pentingnya kesehatan yang dimulai dari diri sendiri, keluarga, tetangga atau pun di lingkungannya.
"Mungkin ada informasi yang mengatakan semisal prevalensi stunting di Kabupaten Jember cukup tinggi mencapai 30 persen balita mungkin itu data dari Jawa Timur, bukan data dari Jember," terangnya.
Adapun jumlah balita yang ada di Kabupaten Jember pada tahun 2018 ini sekitar 189 ribu jiwa. Nurul menjelaskan, terkait stunting ini adalah masalah mulai dari hulu hingga hilir, dan ini sebetulnya dari hasil akhir. Dan untuk pencegahannya Ia telah melakukan beberapa hal, yaitu intervensi spesifik dan intervensi sensitif.
"Intervensi spesifik itu langsung kepada penderitanya, jadi balitanya itu langsung kita pantau, cek, timbang dan diberikan untuk asupan gizinya. Selain itu ada juga pemberian makanan tambahan (pmt) secara penyuluhan ataupun secara pemulihan," jelasnya.
Nurul menerangkan, kalau penyuluhan itu sebulan sekali atau seminggu sekali disaat melakukan kontrol kesehatannya di puskesmas. Tetapi kalau untuk pmt pemulihan itu diberikan mulai dari 1 hari sampai dengan 3 bulan atau 90 hari makan, dan itu khusus untuk balitanya.
Namun, jika ibunya masih menyusui maka akan diberikan asupan gizi juga atau vitamin kepada ibu yang menyusuinya. "Demikian juga pada balitanya yang stunting ini kita berikan vitamin juga," tandasnya.
Tetapi, kata Nurul, ada juga intervensi sensitif dengan melalui program Bupati Jember, dr Faida,MMR yang telah dia canangkan dengan memberikan tablet FE (tambah darah) kepada remaja putri yang bertujuan agar remaja putri ini tidak anemi sehingga disaat sudah menikah tidak anemi sehingga rahimnya sehat dan asupan gizinya ke bayi itu sehat.
Dia menambahkan, tablet FE ini tidak hanya diberikan pada remaja putri saja akan tetapi untuk pasangan pengantin baru juga diberi 10 tablet FE untuk selama 10 minggu. Jika sudah, begitu hamil rahimnya sudah dalam kondisi sehat dan bayinya pun juga sehat.
"Sedangkan untuk ibu yang hamil juga kita beri tablet FE, imunisasi dan pmt," pungkasnya.(tim*)
Post a Comment